Sabtu, 06 Juni 2009

For my grandma(I love you)...

Seorang Nenek Tua…
Oleh: Narendra Hutomo
Jakarta, 8 April 2009

“Puisi ini ditujukan untuk nenek tercinta, yang selalu ada untuk saya dalam keadaan senang maupun duka. Terimakasih eyang, ibu. Kami sangat mencintaikau…” (Ny. Siti Meimoen Abdul Rachman, 1942 - )

Matanya merupakan saksi sejarah negara,
Dengan ikut sertanya dalam medan perang,
Melihat pertumpahan darah pahlawan-pahlawan kita…
Badannya dulu bagai sebuah mesin yang terus berjalan tanpa henti,
Berlari mencari perlindungan dari serangan udara para penjajah...

Pikirannya dengan otak yang terus mengalir berjalan seperti komputer super,
Ketika ia duduk di kursi direktur,
Untuk menghitung tumpukan amplop uang di mejanya...
Tangannya pun kuat sekuat seorang pegulat dengan otot-otot yang menonjol,
Saat ia mengayunkan stik golfnya dengan ringan bagai menerbangkan pesawat kertas,
Untuk mencetak sebuah hole-in-one dan meraih sebuah piala berisi uang…

Daya tubuhnya yang kuat bagai manusia baja yang ditembaki peluru,
Terbukti dengan lahap ia meneguk satu gelas sake saat sedang berpesta…
Betapa bahagia kehidupan yang berawal dari kesusahan ini,
Sayangnya ia tidak menyadari apa yang akan terjadi kedepannya…

Sebenarnya,
Posisi yang dimana ia sedang berdiri dengan cueknya di tingkat atas roda kehidupan,
Adalah kehidupan yang selalu di impikan dan di inginkan seseorang…
Televisi pertama ada,
Ia lah yang pertama kali mendapatkannya.
Setiap bulan berpergian ke Eropa dengan keluarganya,
Siapa sih yang tidak mau?

Tetapi,
Roda kehidupan itu terus berputar…
Kadang orang diatas,
Kadang orang pun berada di bawah…
Semua mendapatkan jatahnya masing-masing,
Dan juga setiap orang memiliki takdirnya masing-masing…

Hukum “Karma” pun diperlakukan dalam kehidupan...
Kebaikan dibalas kebaikan,
Keburukan dibalas keburukan...
Tetapi semua itu ada yang mengatur…
Ia lah “Yang di Atas”...
Tidak ada yang bisa mengalahkan keagungan-Nya...

Lupa dirinya dengan menghamburkan hartanya,
Untuk godaan setan dan hawa nafsu,
Sang nyonya besar lupa akan satu hal: Ia lupa akan Tuhan.
Tuhan lah yang memberikannya kenikmatan duniawi ini…

Tidak ada sedikit pujian pun yang ia ucapkan terhadap Tuhan…
Loyalitas yang ia inginkan telah melampaui batas,
Semua orang pun tunduk padanya…
Yang membuat dia semakin keluar dari jalur…

Seperti yang telah dikatakan,
Hukum “Karma” pun akhirnya terlaksanakan…
Lupanya akan Tuhan,
Membuat-Nya sangat marah…

Semua yang dimilikinya diputar balik oleh yang Maha Esa…
Harta benda yang dimilikinya hilang dalam sekejap dengan daya tipu orang-orang sesat,
Puluhan tanah yang dimilikinya pun menjada tanah sengketa dengan orang-orang jahat yang Menginginkan kehidupannya…
Apakah ini baru seberapa ujiannya?
Untungnya,
Tuhan pun memberi belas kasih kepadanya akibat umurnya yang mulai senja...

Ujiannya yang terakhir:
Mampukah ia menjalankan kehidupannya dengan keadaan setengah lumpuh?
Stroke pun dialami olehnya saat ia sedang bersenang-senang dengan cucuk-cucuknya...
Sekarang,
Ia sudah berjalan dengan lumpuh dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi,
Melainkan menyuruh-nyuruh orang untuk membantunya...

Kadang,
Ia pun menangis tak karuan memikirkan sesuatu yang tidak jelas…
Apakah dia sedang melakukan refleksi akan kesalahan-kesalahannya?
Atau apakah dia masih berharap lebih?

Sungguh menyedihkan apa yang ia alami…
Dulunya sebuah mawar yang berbunga,
Sekarang hanya seorang nenek tua yang terbaring di kursi roda tak berdaya…

Tak lama kemudian,
Ujiannya yang ia alami pun selesai…
Jiwanya pun merasa lega dan tenang…

Sayangnya...
Tuhan pun ingin menghadapnya...
Seperti kepala sekolah yang ingin bertemu dengan muridnya,
yang telah membanggakan nama sekolahnya…

Saat ia sedang berkunjung ke tempat pemakaman suaminya,
Ia pun terjatuh dari tungkatnya yang ia pegang…
Napasnya pun semakin memendek seperti orang yang sedang dicekik...
Anak-anak dan cucunya panik dengan histeris...
Dia pun terbaring persis di atas makam suaminya dengan tangan yang terbuka lebar,
Mengingat masa-masa pacaran ketika mereka saling berpelukan penuh cinta…

Betapa sedihnya melihat kejadian ini,
membuat kita teringat dengan orang-orang yang kita cintai…
Tetapi,
setiap orang mempunyai titik terakhirnya...

Perjalanan panjang telah ia tempuh…
Senang dan duka ia alami dalam perjuangan kehidupannya ini…
Maka dari itu,
Sayangilah semua orang yang dekat dengan kita,
Dan peganglah mereka erat-erat bagai mengikat sebuah tali…
Jangan biarkan mereka pergi dari pandanganmu dan ikatan cintamu…

Penulis,


Narendra Hutomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar